Artikel: Beranda Tahapan KehidupanMasa Pensiun
Tahapan Kehidupan

Yuk, Nikmati Usia Senja agar Terbebas dari Empty Nest Syndrome!

Punya banyak waktu senggang di usia senja merupakan salah satu anugerah yang tidak dimiliki semua orang. Senang sekali ya rasanya bila bisa menghabiskan banyak waktu bersama keluarga dan sahabat setelah bertahun-tahun selalu sibuk berkarier atau berbisnis. Sayangnya, perasaan bahagia tersebut sering kali tidak berlangsung lama ketika buah hati memilih hidup mandiri di luar rumah.

Kepergian anak biasanya disebabkan berbagai faktor, misalnya keputusan menikah yang membuatnya tidak lagi ingin tinggal bersama orang tua, merantau ke luar kota atau luar negeri, atau menetap di lokasi yang lebih dekat dengan tempat kerja. Meskipun keputusan tersebut sangat wajar ketika anak-anak sudah dewasa, tak dapat dipungkiri kalau hal itulah yang dapat mencetuskan empty nest syndrome pada lansia.

Apa yang Dimaksud dengan Empty Nest Syndrome?

Empty nest syndrome (sindrom sarang kosong) adalah perasaan sedih, hampa, dan kesepian saat anak memutuskan untuk tinggal menetap di luar rumah. Pada umumnya, kecenderungan ini lebih sering dirasakan kaum ibu meskipun sebenarnya tak tertutup kemungkinan dirasakan para ayah.

Istilah empty nest syndrome pertama kali diperkenalkan seorang penulis bernama Dorothy Canfield pada tahun 1914. Kemudian, konsepnya mulai diidentifikasi secara klinis dan dipopulerkan sekitar tahun 1970-an. Selain bisa terjadi pada lansia, sebenarnya sindrom ini juga dapat dialami para orang tua yang masih produktif tetapi sudah ditinggal sang anak untuk melanjutkan pendidikan di luar kota atau luar negeri.

Apa Saja Gejala Empty Nest Syndrome?

Beberapa gejala yang menjadi ciri khas empty nest syndrome adalah sebagai berikut:

  • Mengalami sekumpulan perasaan yang disebut languishing, yaitu tidak bersemangat, hampa, dan terjebak dalam kesedihan sehingga malas menjalani aktivitas sehari-hari.

  • Merasa sangat gelisah sehingga tidak fokus ketika melakukan berbagai kegiatan.

  • Mengalami kesepian dalam waktu lama, bahkan ketika sedang berada di tempat ramai.

  • Menderita akibat frustasi dan depresi yang disebabkan hilangnya kontrol terhadap kehidupan anak.

  • Menjadi pribadi yang mudah marah atau tersinggung kepada orang-orang yang mengajak berinteraksi, terutama bila topik pembicaraan membahas sang anak yang tidak lagi tinggal di rumah.

  • Menarik diri dari interaksi sosial dan lebih senang menyendiri karena enggan terlibat komunikasi dengan orang lain.

  • Mengidap sejumlah gangguan kesehatan fisik sebagai dampak psikosomatik, antara lain gangguan pencernaan, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, susah tidur, dan mudah lupa.

Apa Penyebab Empty Nest Syndrome?

Kecenderungan empty nest syndrome terjadi karena beberapa faktor penyebab, yaitu:

  • Perubahan rutinitas di rumah yang membuat orang tua tidak lagi membimbing dan berinteraksi dengan anak.

  • Rasa kehilangan mendalam timbul karena orang tua memiliki ikatan emosional yang kuat dengan anak. Ketergantungan emosional inilah yang memicu kemunculan berbagai perasaan negatif ketika anak memutuskan tak lagi serumah dengan orang tua.

  • Muncul konflik-konflik baru ketika hanya tinggal berdua bersama pasangan. Lebih parahnya lagi, konflik ini tidak diketahui sang anak yang biasanya memposisikan diri sebagai penengah.

  • Beragam penyebab sindrom sarang kosong bisa diperparah beragam faktor lainnya, seperti perceraian atau pasangan meninggal dunia, ketidakstabilan hormon akibat menopause, dan interaksi dengan anak yang semakin terbatas.

Bagaimana Cara Mengatasi Empty Nest Syndrome?

Perasaan sedih dan kesepian yang dibiarkan berlarut-larut tentu tidak baik bagi diri sendiri maupun orang-orang terdekat. Kalau kamu termasuk orang yang sedang mengalami empty nest syndrome, maka sebaiknya kamu berusaha mengatasi hal tersebut dengan melakukan beberapa hal ini:

1. Validasi Perasaan Terlebih Dahulu

Hal pertama yang mesti kamu lakukan ketika menyikapi empty nest syndrome adalah validasi perasaan. Kamu tidak perlu menyangkal perasaan negatif yang sedang muncul saat anak mulai meninggalkan rumah. Yakinlah bahwa perasaan sedih, kesepian, dan hampa yang terjadi pada dirimu memang wajar bagi semua orang tua. Namun, jangan lupa bahwa perasaan tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut supaya tidak mencetuskan berbagai risiko di kemudian hari.

2. Lakukan Deep Talk bersama Pasangan

Jika kamu masih punya pasangan saat satu per satu anak mulai meninggalkan rumah, berarti kamu punya satu keberuntungan yang belum tentu dimiliki semua orang. Keberadaan pasangan bisa jadi pelipur lara yang membantumu bangkit dari rasa kehilangan setelah anak-anak pergi dari rumah.

Cobalah memanfaatkan lebih banyak waktu untuk deep talk bersama pasangan. Rahasia hubungan harmonis ini sebenarnya sederhana tetapi sering diabaikan pasangan suami istri ketika usia pernikahan makin bertambah. Bicarakan tentang berbagai rencana masa depan yang memberikan dampak positif bagi kamu dan pasanganmu. Jangan ragu pula merencanakan kegiatan berdua agar hubungan makin romantis dan membuatmu lekas pulih dari emosi negatif akibat empty nest syndrome.

3. Jaga Komunikasi dengan Anak

Banyak orang beranggapan bahwa memutuskan komunikasi dengan anak untuk sementara waktu adalah cara paling ampuh mengatasi rasa kehilangan. Padahal, anggapan tersebut justru keliru karena komunikasi yang terputus malah menjadi bentuk penolakan terhadap kondisi yang sedang dirasakan.

Alangkah lebih baik dan bijaksana jika kamu tetap jaga komunikasi dengan anak untuk mengatasi rasa kesepian dan kehilangan yang kamu rasakan. Hormati setiap keputusan anak sebagai pribadi dewasa yang berhak menentukan jalan hidup sendiri. Bila kondisinya memungkinkan, mintalah kepada anak untuk rutin pulang ke rumah atau kamu sendiri yang berinisiatif mengunjungi anak di tempat barunya untuk melepas rasa kangen.

4. Jalin Interaksi Sosial Lebih Baik Lagi dengan Orang Lain

Bukan hanya hubungan dengan pasangan dan anak yang harus senantiasa terjaga. Interaksi sosial dengan orang lain di sekitarmu pun harus berlangsung baik. Bermacam-macam kegiatan yang kamu lakukan bersama sahabat atau kenalan lainnya akan membuat vibrasimu lebih positif dan kamu pun terbebas dari empty nest syndrome. Selain itu, risiko kepikunan dan penyakit fisik lainnya akan berkurang drastis jika kamu memiliki interaksi sosial beraktivitas di usia senja.

Ada berbagai aktivitas seru yang dapat kamu lakukan bila punya waktu senggang, antara lain:

  • Berpartisipasi dalam workshop, training, atau kursus yang berkaitan dengan pekerjaan atau bisnismu.

  • Bergabung dalam komunitas hobi sehingga bakat dan kreativitas semakin terasah.

  • Berolahraga bersama orang-orang terdekat secara teratur, contohnya sahabat dan tetangga. Bukan mustahil jika kamu bisa membentuk komunitas baru berawal dari olahraga secara konsisten.

  • Berkontribusi dalam kegiatan di lingkungan tempat tinggal, seperti acara Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), arisan RT, ibadah bersama, kerja bakti, dan lainnya.

5. Selalu Sayangi Diri Sendiri

Perhatian penuh terhadap keluarga memang menjadi tanggung jawab orang tua. Kendati demikian, bukan berarti kamu tak perlu menyayangi diri sendiri. Self love tetap harus diupayakan agar kamu menjadi pribadi yang lebih bahagia bahkan saat memasuki masa lansia.

Luangkan waktu untuk me time secara teratur. Banyak aktivitas menarik yang bisa kamu lakukan ketika me time, misalnya memanjakan diri di salon, menonton film favorit, berlibur sendirian, atau belanja barang-barang yang sudah lama kamu inginkan.

Lansia bijak tentu punya cara tersendiri untuk terbebas dari empty nest syndrome di usia senja. Menjaga kesehatan jelas jadi target utama agar senantiasa bisa menyibukkan diri dengan kegiatan positif. Upaya menjaga kesehatan patut disempurnakan perlindungan menyeluruh dari asuransi kesehatan berkualitas.

Membahas info seputar asuransi kesehatan tentu belum lengkap tanpa mengulas BCA Life Perlindungan Kesehatan Ultima. Produk asuransi kesehatan dari BCA Life ini memberikan manfaat tahunan perlindungan kesehatan mencapai Rp15 miliar dengan wilayah pertanggungan mencakup seluruh dunia (kecuali Amerika Serikat). Rentang usia masuknya sangat besar, yaitu antara usia 30 hari hingga 70 tahun sehingga cocok bagi kaum lansia modern. Kamu berkesempatan mendapatkan perlindungan menyeluruh berupa manfaat perawatan rawat inap, rawat jalan, penyakit kritis, pembedahan, dan kecelakaan bila sudah mempunyai BCA Life Perlindungan Kesehatan Ultima.

Hidup tenang di masa tua karena terbebas dari risiko kesehatan dan gangguan finansial pun bisa terwujud dengan dukungan proteksi asuransi berkualitas pilihanmu.


PT Asuransi Jiwa BCA (BCA Life)

Senantiasa Melindungi Anda

PT Asuransi Jiwa BCA (BCA Life) berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan