Menyiapkan menu makanan sehari-hari untuk keluarga sering dianggap merepotkan, terutama jika setiap anggota keluarga punya selera berbeda-beda. Hal tersebut memang tak mengherankan karena butuh banyak waktu, tenaga, dan ide bila ingin membuat aneka kreasi hidangan lezat di rumah. Itulah sebabnya kehadiran Ultra Processed Food (UPC) dianggap sebagai solusi efektif bagi siapa pun yang ingin mengonsumsi makanan lezat dalam waktu singkat.
Meskipun penyajiannya praktis dan rasanya lezat, konsumsi UPC berlebihan ternyata bisa menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Jangan sampai kamu sekeluarga rentan mengidap penyakit kronis hanya akibat terlalu sering mengkonsumsi UPC, ya. Mari kenali seluk-beluk UPC lebih mendalam supaya tetap bisa menikmatinya secara lebih bijaksana.
Ultra Processed Food (UPC) atau makanan ultra proses adalah jenis pangan yang telah melalui beberapa tahap pengolahan dalam industri dan disertai lima atau lebih zat tambahan (misalnya, garam, gula, lemak, perasa, pewarna, dan pengawet). Tahapan pengolahan yang panjang serta penambahan beragam zat tersebut bertujuan menghasilkan makanan yang lezat, praktis, dan tahan lama.
Beberapa contoh makanan dan minuman yang termasuk UPC adalah sebagai berikut:
Hidangan utama: sereal sarapan aneka rasa, mi instan, dan roti produksi pabrik.
Camilan: keripik kentang aneka rasa, biskuit, permen, energy bar.
Minuman: soda, minuman serbuk aneka rasa, dan minuman cair beragam rasa dalam kemasan (seperti kopi, jus, yoghourt, dan susu).
Olahan daging: sosis, nuget, kornet, daging asap, bakso.
Bahan pelengkap hidangan: beragam jenis kecap, saus, sambal, dan dressing salad dalam kemasan.
Makanan bayi: bubur dan biskuit.
Beberapa kelebihan dan kekurangan UPC yang patut dijadikan bahan pertimbangan sebelum mengkonsumsinya, yaitu:
Rasanya lezat sehingga disukai seluruh kalangan usia.
Kemasannya didesain secara khusus sehingga higienis dan praktis bila dibawa bepergian.
Tahan lama sehingga tidak mudah kadaluarsa ketika disimpan.
Variannya sangat beragam bahkan menjadi solusi untuk mengawetkan bahan makanan yang keberadaannya bersifat musiman.
Harganya lebih mahal dibandingkan bahan makanan alami.
Kandungan gizi bahan makanan yang diolah menjadi UPC berkurang drastis karena proses pengolahan yang panjang.
Muncul sensasi ketagihan karena cita rasanya lezat dan mengandung banyak bahan tambahan sehingga orang cenderung ingin mengonsumsinya terus-menerus.
Risiko kelebihan kalori dan penyakit degeneratif meningkat bila konsumsi UPC dilakukan berlebihan dalam jangka panjang.
Sebuah studi yang dilakukan di National Institute of Health Amerika Serikat berupaya mencari korelasi antara konsumsi UPC dan kesehatan. Subjek penelitian dalam studi tersebut diwajibkan mengonsumsi makanan segar selama 2 minggu pertama lalu dilanjutkan dengan konsumsi UPC pada 2 minggu berikutnya. Hasilnya, subjek penelitian memperoleh asupan 508 kalori lebih tinggi ketika mengonsumsi UPC hingga mengalami peningkatan berat badan rata-rata 0,9 kg.
Fenomena tersebut terjadi karena UPC mengandung karbohidrat dan lemak yang tinggi, sedangkan kandungan protein dan seratnya lebih rendah. Komposisi kandungan gizi itulah yang membuat orang lebih mudah lapar ketika mengonsumsi UPC lalu cenderung ingin makan lebih banyak lagi.
Gejala awal ketagihan UPC pun sering kali tidak disadari hingga akhirnya menimbulkan bermacam-macam gejala gangguan kesehatan. Beberapa penyakit yang rentan muncul akibat konsumsi UPC melebihi batas wajar, antara lain obesitas, diabetes, hipertensi, gangguan fungsi ginjal dan jantung, gangguan tumbuh kembang anak, serta fatty liver.
Upaya hidup sehat secara konsisten harus dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Dengan demikian, nantinya seluruh anggota keluarga tak akan kesulitan mempertahankan pola hidup sehat meskipun sedang berada di luar rumah, termasuk meminimalkan asupan UPC.
Pembatasan konsumsi UPC bagi keluarga bisa dilakukan dengan menerapkan hal-hal sederhana berikut ini:
Kebiasaan hidup sehat dalam keluarga harus dimulai dari orang dewasa sebagai teladan. Dengan demikian, anak-anak akan tergugah meniru kebiasaan baik tersebut sejak dini. Jika orang dewasa di rumah gemar mengonsumsi UPC, maka kemungkinan besar anak-anak pun akan mencontoh hal tersebut dan menganggap bahwa konsumsi UPC terus-menerus adalah kewajaran.
Salah satu cara ampuh membatasi konsumsi UPC di kalangan keluarga adalah memasak sendiri setiap hari. Persediaan sayur, lauk pauk, dan makanan bergizi lainnya di rumah tentu membuat anggota keluarga tak repot mengonsumsi UPC saat merasa lapar. Saat ini, banyak sekali variasi resep makanan dan minuman yang bisa diakses di media sosial sebagai pedoman untuk berkreasi di rumah.
Upaya pembatasan konsumsi UPC di rumah juga bisa dilakukan dengan menyiapkan makanan pengganti. Contohnya, mengonsumsi buah segar untuk menggantikan camilan UPC serta menyiapkan telur dan umbi-umbian untuk menggantikan sereal saat sarapan. Kebiasaan sederhana ini akan membentuk pola makan sehat yang membuat anggota keluarga terbebas dari risiko ketagihan UPC dan beragam ancaman penyakit.
Kecenderungan mengonsumsi UPC kerap terjadi karena tidak ada persediaan bahan makanan alami di rumah. Oleh karena itu, persiapan bahan makanan siap olah dan siap konsumsi menjadi hal penting yang patut dilakukan secara teratur. Beberapa contoh bahan makanan yang patut tersedia di rumah, antara lain sayuran beku buatan sendiri, sumber protein hewani yang sudah dibersihkan dan dibumbui (seperti ayam, ikan, dan daging), kacang dan umbi yang bisa segera dikukus, serta buah potong siap santap.
Tak dapat dipungkiri kalau aktivitas makan di luar rumah rentan membuat siapa pun jadi kalap. Hal ini menyebabkan kecenderungan mengonsumsi UPC pun meningkat karena keberadaannya lebih mudah didapat daripada bahan makanan segar. Sebenarnya, permasalahan tersebut bisa diatasi dengan membentuk kebiasaan makan di rumah sehingga asupan gizi yang dikonsumsi lebih terkontrol.
Orang-orang yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk beraktivitas di luar rumah sebaiknya rutin membawa bekal makanan. Tak hanya mengandung asupan gizi lebih seimbang daripada UPC, kebiasaan membawa bekal makanan juga efektif mendukung penghematan. Isi dan porsi bekal pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan selera sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia.
Hal krusial lainnya yang harus dilakukan untuk menyempurnakan pola makan sehat keluarga adalah olahraga teratur. Bergegaslah merealisasikan ide olahraga bersama keluarga yang membuat semua anggota keluarga semangat aktif bergerak secara rutin. Beberapa jenis olahraga yang cocok dilakukan bersama keluarga, misalnya bersepeda, jogging, renang, dan voli pantai.
Gaya hidup sehat konsisten yang dimulai dari keluarga patut disempurnakan oleh dukungan perlindungan ekstra dari asuransi kesehatan. Sebagai salah satu perusahaan pelopor asuransi kesehatan di Indonesia, BCA Life berkomitmen menghadirkan asuransi kesehatan berkualitas untuk memproteksi masyarakat tanah air. Asuransi BCA Life Perlindungan Kesehatan Ultima bukan sekadar asuransi biasa karena memberikan proteksi menyeluruh berupa penggantian biaya rawat inap dan pembedahan, rawat jalan, perawatan penyakit kritis, perawatan kecelakaan, dan manfaat lain di rumah sakit seluruh dunia (kecuali Amerika Serikat).
Usia masuk BCA Life Perlindungan Kesehatan Ultima juga memiliki cakupan luas, mulai dari 30 hari hingga 70 tahun sehingga cocok untuk seluruh anggota keluarga. Perpaduan gaya hidup sehat dan proteksi asuransi kesehatan terpercaya tentu akan memberikan ketenangan dalam menjalani hidup berkeluarga di masa kini dan masa depan.
Dipasarkan melalui Bancassurance
PT Asuransi Jiwa BCA berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan