Wabah penyakit menular merupakan masalah kesehatan serius yang kerap terjadi di berbagai belahan dunia, salah satunya adalah cacar monyet (monkeypox). Sebenarnya, cacar monyet bukanlah penyakit baru bagi dunia. Wabah tersebut ditemukan pada tahun 1970 di Kongo lalu meluas ke berbagai negara di tahun 2022. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengumumkan adanya 88 kasus cacar monyet pada pertengahan Agustus 2024.
Meskipun penyebarannya tidak berlangsung masif seperti pandemi Covid-19, bukan berarti cacar monyet boleh dianggap remeh. Upaya meminimalkan risiko penyakit tersebut harus dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Oleh karena itu, kamu wajib mempunyai wawasan yang memadai tentang seluk-beluk cacar monyet.
Cacar monyet disebabkan oleh Orthopoxvirus dari famili Poxviridae yang awalnya ditemukan pada monyet. Pada umumnya, gejala penyakit ini akan muncul pada 5 hingga 21 hari pasca terpapar virus. Gejalanya dapat dikelompokkan dalam dua fase dengan rincian sebagai berikut:
Masa awal kontaminasi virus cacar monyet menimbulkan gejala-gejala, antara lain:
Demam dan menggigil.
Sakit kepala.
Nyeri otot dan punggung.
Kelelahan.
Pembengkakan kelenjar getah bening.
Ruam pada beberapa bagian tubuh, seperti wajah (termasuk di sekitar mata dan mulut), tenggorokan, tangan, kaki, serta area sekitar kelamin.
Setelah periode invasi berlalu, ruam-ruam pada tubuh berkembang menjadi lesi (benjolan) dan melewati beberapa fase ini dalam waktu 2 sampai 4 minggu:
Makula: lesi berubah warna tetapi bentuknya masih datar.
Papula: lesi mulai terangkat membentuk benjolan.
Vesikel: ukuran benjolan makin besar dan bagian dalamnya berisi cairan bening.
Pustula: cairan bening dalam lesi berubah warna menjadi kekuningan. Pada fase ini, lesi akan mulai mengering kemudian mengelupas.
Gigitan atau cakaran dari hewan yang sudah terinfeksi virus (biasanya pengerat atau primata), contohnya monyet, tupai, dan tikus.
Bersentuhan langsung dengan air liur, darah, luka, atau cairan tubuh lainnya dari hewan yang terinfeksi.
Konsumsi daging atau produk turunan hewan yang telah terinfeksi.
Penggunaan barang-barang yang sama dengan pengidap cacar monyet, misalnya peralatan makan, sikat gigi, dan handuk.
Percikan cairan tubuh orang yang sudah terinfeksi virus, contohnya ketika pengidap cacar monyet batuk, bersin, atau bicara tatap muka dengan jarak berdekatan.
Ibu hamil yang sudah terinfeksi virus menyebabkan penularan ke calon bayi melalui cairan plasenta.
Hingga saat ini, masih banyak orang kesulitan membedakan cacar monyet dan cacar air (chickenpox) karena gejala keduanya memang sangat mirip. Perbedaannya terletak pada beberapa hal rinci berikut ini:
Penyebab: cacar monyet berasal dari Orthopoxvirus (famili Poxviridae), sedangkan cacar air berasal dari virus Varicella zoster (kelompok Herpes).
Masa inkubasi: virus cacar monyet masa inkubasinya berlangsung selama 6 hingga 13 hari. Sementara itu, virus cacar air masa inkubasinya lebih lama, yaitu antara 14 hingga 16 hari.
Media penularan: cacar monyet memiliki media penularan yang bervariasi, yaitu antara manusia ke manusia atau hewan pembawa virus ke manusia. Hal tersebut berbeda dengan cacar air yang penularannya hanya terjadi pada sesama manusia.
Lesi pada kulit: lesi yang disebabkan cacar monyet menyebar di seluruh permukaan kulit hingga merata, bahkan sampai ke tenggorokan dan kelamin. Sementara itu, lesi akibat cacar air berawal pada kulit kepala dan wajah lalu menyebar ke bagian tubuh lain, kecuali kelamin.
Dampak bagi kelenjar tubuh: salah satu ciri khas gejala cacar monyet yang tidak tampak pada pengidap cacar air adalah pembengkakan kelenjar getah bening. Kondisi ini merupakan sinyal alami tubuh saat melawan virus penyebab cacar monyet.
Jangan biarkan wabah cacar monyet meluas hingga menjangkiti keluargamu. Alangkah lebih baik jika kamu melakukan beberapa langkah antisipasi ini untuk meminimalkan risiko cacar monyet:
1. Jauhi Daerah yang Sedang Terjangkit
Jika kamu atau anggota keluarga lainnya berencana bepergian ke luar kota atau luar negeri dalam waktu dekat, sebaiknya kamu mencermati tempat tujuan tersebut terlebih dahulu. Usahakan menunda keberangkatan ke lokasi yang sedang terjangkit virus cacar monyet sehingga kamu terhindar dari risiko penularan penyakit tersebut.
2. Jaga Kebersihan Tubuh Secara Telaten
Mandi dua kali sehari adalah rutinitas yang wajib dilakukan untuk menjaga kebersihan tubuh. Di samping itu, jangan lupa mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik, khususnya sebelum makan dan usai beraktivitas di luar rumah. Jika kondisinya sedang tidak memungkinkan, kamu juga bisa mengandalkan hand sanitizer untuk membersihkan tangan.
3. Hindari Kontak Apa Pun dengan Hewan yang Berisiko Membawa Virus
Sebaiknya kamu tidak menyentuh sama sekali dan mengonsumsi daging hewan yang berisiko membawa virus cacar monyet. Hewan liar biasanya lebih berisiko menjadi pembawa virus cacar monyet dibandingkan hewan peliharaan karena kebersihannya tidak terjaga. Namun, bukan berarti hewan peliharaan terbebas sepenuhnya dari risiko penyakit tersebut.
4. Lekas Atasi Hewan Peliharaan yang Sakit
Kamu sekeluarga patut berhati-hati jika hewan peliharaan kesayangan tampak tidak sehat. Beberapa gejala cacar monyet pada hewan, antara lain lemas, tidak nafsu makan, mata belekan, demam, serta bintik-bintik merah pada kulit. Kalau terpaksa kontak langsung dengan hewan tersebut, gunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan bergegaslah membawanya ke dokter hewan terdekat.
5. Batasi Kontak Langsung dengan Pengidap Cacar Monyet
Kalau ada anggota keluarga yang terinfeksi virus cacar monyet, sebaiknya kamu segera menyiapkan ruang isolasi. Selanjutnya, batasi kontak fisik dengan si pengidap dan pisahkan seluruh barang-barang pribadinya agar tidak digunakan anggota keluarga lain. Perlengkapan pribadi pengidap cacar monyet seperti piring, pakaian, handuk, seprai, dan selimut wajib dicuci dengan disinfektan agar tidak menyebabkan penyebaran virus di lingkungan rumah.
6. Lindungi Diri dengan Vaksin Cacar Monyet
Orang yang terpapar virus cacar monyet disarankan memperoleh vaksin Jynneos maksimal 4 hari pasca kontak. Vaksin yang diberikan sebanyak dua kali dalam kurun waktu 28 hari ini terbukti ampuh meminimalkan risiko cacar monyet hingga 85%.
Risiko penyakit yang bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja memang membuat semua orang wajib lebih cermat melakukan antisipasi. Bukan hanya cacar monyet yang rentan mengganggu kesehatan, tetapi juga bermacam-macam penyakit lain yang bisa terjadi secara tak terduga. Itulah sebabnya pola hidup sehat saja terkadang tidak cukup karena kamu butuh perlindungan lainnya.
Kepemilikan asuransi kesehatan merupakan salah satu bentuk penanggulangan risiko penyakit yang mengganggu kesehatan dan kestabilan finansial. Kini, ada BCA Life Perlindungan Kesehatan Ultima yang dapat diandalkan untuk memberikan proteksi optimal bagi keluarga. Asuransi kesehatan yang bagus ini cocok bagi keluarga karena rentang usia masuknya berkisar antara 30 hari hingga 70 tahun. Bahkan, masa pertanggungannya bisa diperpanjang hingga tertanggung berusia 90 tahun. Kamu sekeluarga berkesempatan mendapatkan manfaat perlindungan rawat inap, rawat jalan, perawatan penyakit kritis dan kecelakaan, serta pembedahan dari BCA Life Perlindungan Kesehatan Ultima . Tak ada alasan lagi untuk khawatir menjalani hidup jika asuransi unggulan persembahan BCA Life selalu melindungi keluargamu.
Dipasarkan melalui Bancassurance
PT Asuransi Jiwa BCA berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan