Usia tua kerap terasa meresahkan bagi sebagian besar orang karena diidentikkan dengan kepikunan atau demensia. Padahal, tua tak berarti pasti menjadi pikun. Demensia atau kepikunan merupakan suatu penyakit yang risikonya bisa dicegah sejak dini agar kamu bisa menua dengan sehat.
Kini, bukan hanya penyakit kronis seperti gangguan jantung, stroke, dan diabetes yang patut diwaspadai, melainkan juga demensia. Data Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menunjukkan jumlah pengidap demensia mencapai 4,2 juta jiwa di Indonesia pada tahun 2023. Jumlah tersebut tergolong banyak dan tidak boleh dibiarkan terus bertambah setiap tahun karena berdampak buruk bagi kehidupan lansia beserta keluarga.
Jika kamu termasuk lansia, maka kamu harus lebih sigap mencegah demensia supaya tetap bisa berkegiatan secara produktif dan mandiri meskipun usia sudah tak lagi muda.
Demensia adalah penyakit otak yang mengakibatkan penurunan daya ingat serta gangguan berpikir. Para pengidap penyakit tersebut mengalami banyak gangguan yang berkaitan dengan pola pikir, interaksi sosial, dan gaya hidup.
Demensia bisa diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu:
Demensia ini berkaitan dengan perubahan genetik atau perubahan protein pada otak. Endapan protein amiloid yang disebut plak menumpuk di sekitar sel-sel otak lalu menyebabkan kekacauan. Alhasil, kinerja sel otak pun terganggu bahkan memicu pelepasan zat beracun yang membunuh sel-sel otak (khususnya bagian hipokampus).
Jenis demensia ini disebabkan gangguan pembuluh darah otak. Kerusakan pembuluh darah menyebabkan aliran darah ke otak terganggu bahkan berhenti total. Hal ini membuat otak kekurangan oksigen dan nutrisi kemudian berujung pada kematian sel-sel otak.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko demensia adalah sebagai berikut:
Usia: lansia rentan mengalami demensia karena penurunan kualitas kesehatan pembuluh darah dan otak yang berlangsung seiring berjalannya waktu.
Riwayat demensia dalam keluarga: orang-orang yang keluarganya memiliki riwayat demensia lebih berisiko mengidap penyakit tersebut karena mutasi gen yang diturunkan orang tua.
Pola hidup kurang sehat: mengonsumsi makanan yang gizinya kurang seimbang, gaya hidup minim gerak (sedentary), dan tidak pernah atau sangat jarang berolahraga juga turut memperparah risiko demensia.
Kebiasaan merokok dan atau mengonsumsi alkohol: rokok dan alkohol mengandung zat-zat kimia berbahaya yang berdampak buruk bagi pembuluh darah serta otak. Konsumsi rokok dan alkohol dalam jangka panjang akan memperbesar risiko demensia di usia senja.
Down Syndrome: sebuah penelitian kesehatan menemukan fakta bahwa para pengidap down syndrome berusia 40 tahun ke atas juga memiliki plak beta-amiloid di otak. Kemunculan plak itulah yang mengganggu fungsi otak hingga mencetuskan penyakit demensia.
Penyakit lainnya yang memicu gangguan pembuluh darah: misalnya, diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), tumor otak, kelainan kelenjar endokrin, trauma pada kepala, dan obesitas.
Keracunan logam berat: kontaminasi logam berat yang masuk ke tubuh dapat berasal dari pestisida, hidangan laut (seafood), dan alkohol.
Kekurangan nutrisi tertentu: beberapa nutrisi yang penting bagi kesehatan otak, yaitu vitamin B1, B6, B12, E, serta zat besi.
Efek samping obat: ada jenis obat-obatan tertentu yang memicu risiko alzheimer jika dikonsumsi dalam jangka panjang terutama jika tanpa anjuran dokter, misalnya obat pereda nyeri dan obat penenang.
Kemunculan demensia ditandai beberapa gejala khas seperti:
Sulit mengingat perubahan: berbagai perubahan kecil seperti jadwal kegiatan atau letak barang di rumah sangat susah diingat pengidap demensia.
Susah memilih dan menggunakan kata-kata yang tepat: ciri demensia lainnya adalah kesulitan memilih dan menggunakan kata-kata yang tepat, terutama ketika sedang mengobrol atau menulis.
Sukar melakukan kegiatan sehari-hari: berbagai kegiatan sehari-hari seperti membersihkan rumah atau antar jemput anggota keluarga yang telah dilakukan bertahun-tahun perlahan-lahan menjadi sulit bagi pengidap demensia.
Gangguan memori jangka pendek: pengidap demensia kesulitan mengingat hal-hal yang baru terjadi beberapa jam lalu atau kemarin tetapi masih mampu mengenang kejadian lama bertahun-tahun lalu. Contohnya, sering lupa kalau dirinya sudah makan sehingga ingin makan berulang kali. Lama-kelamaan penyakit ini membuat pengidapnya kehilangan memori secara bertahap mulai dari yang paling baru hingga paling lama, misalnya lupa dengan cucu dan anak, tetapi masih mengingat pasangan hidup.
Orientasi arah menjadi kacau: demensia membuat pengidapnya kesulitan mengingat rute atau tempat yang biasa mereka datangi karena semuanya malah terasa asing.
Berbicara atau bertindak secara berulang-ulang: gejala lainnya yang kerap tampak pada pengidap demensia adalah berbicara atau bertindak berulang-ulang. Misalnya, menyapu halaman kembali setelah satu jam yang lalu melakukan kegiatan tersebut.
Sukar memahami omongan lawan bicara: dialog dengan pengidap demensia sering terasa tidak nyambung karena penyakit tersebut menyebabkan seseorang kesusahan mencerna cerita orang lain.
Kehilangan minat: keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas atau hobi yang sebelumnya disukai jadi berkurang bahkan hilang sama sekali.
Perubahan suasana hati: beberapa emosi negatif yang kerap muncul pada pengidap demensia, antara lain kesedihan, marah, kecewa, frustrasi, hingga menyebabkan depresi.
Wawasan seputar demensia yang diketahui sejak dini merupakan hal baik yang membuatmu bisa melakukan upaya pencegahan secara maksimal. Mari mensyukuri kesehatan yang masih kamu miliki di usia senja sambil konsisten melakukan beberapa hal positif ini untuk mencegah demensia:
Hidup sehat sebenarnya tidak sulit dijalani jika kamu bertekad melakukannya secara disiplin. Mulailah dengan mengonsumsi makanan yang kandungan gizinya seimbang, berolahraga secara rutin minimal 150 menit per minggu (bisa dibagi menjadi beberapa sesi), istirahat cukup, dan menghindari penyebab stres. Gaya hidup sehat dalam jangka panjang akan membuatmu tetap bugar di masa lansia.
Jangan lupa bahwa rokok dan alkohol termasuk biang keladi yang meningkatkan risiko demensia. Kalau ingin meminimalkan risiko demensia, maka kamu patut menghentikan konsumsi rokok dan alkohol. Dengan demikian, paparan zat kimia yang masuk ke tubuh akan berkurang drastis sehingga kesehatan otak dan pembuluh darah terjaga.
Cara mencegah demensia juga bisa dilakukan dengan mengatasi penyakit pemicunya. Pastikan bahwa kamu terbebas dari segala penyakit tersebut supaya risiko demesia semakin kecil. Di samping itu, jangan lengah melindungi kepala setiap kali beraktivitas agar terhindar dari benturan yang memicu trauma atau gegar otak.
Pertambahan usia bukanlah alasan untuk hidup pasif dan bermalas-malasan. Sebaliknya, lansia justru harus melatih otak secara rutin untuk meminimalkan risiko demensia. Beberapa kegiatan yang berdampak positif bagi kesehatan otak, yaitu bermain teka-teki, olahraga (terutama menari dan bersepeda), bergabung dalam komunitas tertentu untuk bersosialisasi, merawat hewan peliharaan, dan belajar bahasa asing.
Lansia modern patut lebih peka mengantisipasi gangguan kesehatan sekecil apa pun agar tidak berkembang menjadi penyakit yang lebih serius, salah satunya tentu saja demensia. Selain kontrol rutin ke dokter, kepemilikan asuransi kesehatan juga penting bagi lansia. Asuransi kesehatan berkualitas dapat berperan sebagai pelindung penyakit kritis yang membuatmu berkesempatan mendapatkan penanganan terbaik tanpa mengkhawatirkan urusan finansial.
Jika tips memilih asuransi kesehatan yang selama ini kamu pelajari merekomendasikan asuransi full cover sebagai pilihan terbaik, berarti kamu tak perlu ragu memilih Asuransi BCA Life Perlindungan Kesehatan Ultima. Selain memberikan manfaat biaya penggantian rawat inap, asuransi BCA Life ini juga memberikan manfaat rawat jalan, perawatan penyakit kritis dan kecelakaan, serta pembedahan. Telusuri info lebih lanjut seputar Asuransi BCA Life Perlindungan Kesehatan Ultima sekarang juga supaya makin mantap memilihnya untuk melindungi kesehatan diri sendiri dan keluarga.
PT Asuransi Jiwa BCA (BCA Life) berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
Copyright © 2024 PT Asuransi Jiwa BCA
Kebijakan Privasi NOW Kebijakan Privasi Kebijakan Keamanan Data Syarat dan Ketentuan