Pola hidup sehat merupakan hal penting yang harus dijalani semua kalangan usia, tak terkecuali kaum lansia. Usia yang terus bertambah bukanlah halangan untuk tetap hidup aktif dan sehat. Justru para lansia sangat dianjurkan menjalani pola hidup sehat agar terhindar dari berbagai risiko penyakit.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan lansia adalah berat badan. Itulah sebabnya kestabilan berat badan patut mendapat perhatian khusus supaya lansia bebas dari ancaman obesitas serta komplikasinya di usia senja.
Informasi seputar ideal atau tidaknya berat badan bisa diketahui melalui penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). World Health Organization menyatakan bahwa IMT (disebut juga Body Mass Index atau BMI) dapat digunakan sebagai salah satu indikator status gizi orang dewasa berdasarkan berat badan dan tinggi badan.
Proses menghitung IMT sangat mudah karena hanya perlu membagi berat badan (dalam satuan kilogram atau kg) dengan kuadrat tinggi badan (dalam satuan meter atau m). Contohnya, jika seorang lansia memiliki berat badan 75 kg dan tingginya 170 cm, maka IMT-nya adalah:
IMT= berat badan : (tinggi badan x tinggi badan)
IMT = 75 : (1,7 x 1,7)
IMT = 75 : 2,89
IMT = 25,95
Kategori IMT bagi orang dewasa diklasifikasikan dalam beberapa rentang nilai berikut ini:
<18,5 = berat badan terlalu rendah.
18,5-24,9 = normal atau ideal.
25-29,9 = berat badan berlebih atau gemuk.
30-39,9 = obesitas.
>40 = obesitas ekstrem.
Kendati demikian, terdapat sedikit perbedaan mengenai standar IMT bagi lansia. IMT ideal untuk kaum lansia berkisar antara 25 hingga 27. Angka tersebut memang terbilang lebih tinggi dibandingkan IMT orang dewasa sebab tubuh lansia lebih rentan mengalami pengeroposan tulang (osteoporosis). Komposisi lemak dan otot yang sedikit berlebih dalam batas wajar pada tubuh lansia bermanfaat melindungi tulang dari risiko pengeroposan tersebut.
Data yang dilansir dari Riset Kesehatan Media Ilmu Kesehatan 2018 menunjukkan prevalensi obesitas lansia Indonesia sebagai berikut:
18,8% pada kalangan usia 55-64 tahun
23,1% pada kalangan usia 65-74 tahun.
18,9% pada kalangan usia lebih dari 75 tahun.
Nilai tersebut patut dijadikan acuan bagi semua kalangan agar lebih telaten meminimalkan risiko obesitas di kalangan lansia. Edukasi tentang bahaya obesitas bagi lansia merupakan salah satu kunci utama memerangi gangguan kesehatan tersebut.
Beberapa risiko yang rentan terjadi pada lansia obesitas, antara lain:
Tekanan darah tinggi (hipertensi) karena berat badan berlebih membuat aliran darah dalam jaringan meningkat sehingga berujung pada peningkatan tekanan darah.
Gangguan kesehatan jantung akibat kekakuan pembuluh darah yang disebabkan berat badan berlebih. Bila elastisitas pembuluh darah berkurang, jantung harus bekerja ekstra keras untuk memompa darah. Kinerja jantung yang berlebihan secara terus-menerus memperbesar risiko gangguan di kemudian hari.
Gangguan fungsi ginjal yang disebabkan kadar garam berlebih pada tubuh. Proses penyaringan garam berlebih pada tubuh dalam jangka panjang membuat penurunan fungsi ginjal pun tak dapat dihindari.
Resistensi insulin yang terjadi karena tubuh menerima asupan gula berlebihan dalam waktu lama. Akibatnya, insulin gagal mengubah seluruh asupan gula menjadi energi sehingga gula tersebut beredar dalam darah lalu menyebabkan kencing manis atau diabetes. Penyakit kencing manis yang tidak ditangani secara intensif akan menimbulkan berbagai komplikasi, seperti penurunan fungsi penglihatan (retinopati diabetik), disfungsi seksual, kerusakan saraf, dan infeksi kulit parah yang bisa berujung amputasi.
Henti jantung saat tidur (sleep apnea) akibat timbunan lemak pada saluran pernapasan atas yang menghalangi jalan napas.
Penurunan fungsi anggota gerak bawah (kaki) karena sendi kesulitan menopang berat badan berlebih dalam jangka panjang.
Berat badan ideal memang tidak bisa diperoleh secara instan. Namun, tak pernah ada kata terlambat bagi siapa pun yang ingin mengembalikan kondisi ideal berat badan, termasuk lansia. Beberapa kebiasaan baik yang mesti dilakukan secara konsisten oleh lansia supaya berat badan senantiasa ideal, yaitu:
Lansia wanita membutuhkan 1.600 hingga 1.800 kalori per hari, sedangkan lansia pria membutuhkan 2.000 hingga 2.200 kalori per hari. Kebutuhan kalori tersebut wajib dijadikan pedoman dalam menentukan kuantitas makanan yang dikonsumsi setiap hari. Asupan kalori berlebih yang berlangsung terus-menerus akan menyebabkan berat badan meningkat bahkan hingga obesitas.
Makanan alami (real food) sangat kaya kandungan gizi sehingga baik untuk kesehatan. Kandungan kalorinya pun tergolong aman bagi tubuh bila dikonsumsi dalam porsi yang tepat. Sebaliknya, makanan ultra proses (Ultra Processed Food atau UPF) disertai beragam bahan tambahan yang membuat kalorinya semakin tinggi. Konsumsi UPF berlebihan jelas akan memperparah resiko kelebihan berat badan dan obesitas.
Pertambahan usia bukanlah halangan untuk tetap aktif berolahraga. Sebaliknya, para lansia harus tetap giat berolahraga supaya berat badan ideal dan massa otot terjaga. Kaum lansia disarankan berolahraga dengan intensitas minimal 150 menit per minggu yang bisa dibagi menjadi beberapa sesi, misalnya satu sesi selama 30 menit sebanyak 5 kali seminggu. Banyak sekali jenis olahraga yang cocok untuk lansia karena minim resiko cedera, antara lain renang, jalan kaki, yoga, taichi, dan menari.
Tak banyak orang menyadari kalau stres bisa memicu kenaikan berat badan, termasuk di kalangan lansia. Ketika pikiran mengalami stres, tubuh akan merilis hormon kortisol yang meningkatkan nafsu makan. Lansia yang sering makan berlebihan saat stres tentu berisiko mengalami kenaikan berat badan bahkan obesitas, terutama jika hal buruk ini tidak diimbangi olahraga teratur.
Lansia membutuhkan waktu tidur lebih sedikit dibandingkan anak-anak dan orang dewasa, yaitu kurang lebih 6 hingga 7 jam per hari. Namun, bukan berarti durasi dan kualitas tidur yang sedikit tersebut boleh diabaikan. Kurang tidur membuat tubuh memproduksi lebih banyak hormon lapar (ghrelin) dan membuat hormon kenyang (leptin) berkurang. Laju metabolisme pun bisa melambat akibat kurang tidur sehingga pembakaran kalori kurang maksimal. Itulah sebabnya lansia yang kurang tidur cenderung memiliki nafsu makan berlebihan yang membuat berat badan lekas melonjak.
Obesitas pada lansia bisa dicetuskan penyakit yang mengganggu keleluasaan gerak, seperti radang sendi (osteoarthritis) pada lutut dan saraf kejepit di sekitar pinggang. Penyakit tersebut membuat lansia kesulitan bergerak dan tidak pernah berolahraga sehingga berat badan meningkat secara signifikan. Bila penyakit tersebut lekas diatasi, maka lansia kembali bugar dan bisa berolahraga rutin untuk menjaga kestabilan berat badan.
Lansia sehat dengan berat badan ideal tentu memiliki kualitas hidup lebih baik dan harapan hidup lebih lama. Kendati demikian, bukan berarti kaum lansia sehat tidak membutuhkan proteksi kesehatan berupa asuransi untuk mengantisipasi risiko tak terduga di usia senja. Salah satu rekomendasi asuransi yang cocok bagi lansia adalah BCA Life Perlindungan Kesehatan Ultima.
Produk BCA Life ini bukan sekadar asuransi kesehatan rawat inap karena banyak manfaat lainnya, seperti rawat jalan, perawatan penyakit kritis, pembedahan, dan perawatan kecelakaan. Rentang usia masuknya mencapai 70 tahun sehingga efektif memberikan perlindungan bagi kaum lansia. Mengatasi kekhawatiran hidup pada usia senja jadi tak sulit lagi sejak BCA Life Perlindungan Kesehatan Ultima hadir sebagai solusi andalan.PT Asuransi Jiwa BCA berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan